Tradisi Jelang Ramadan Unik Dari Berbagai Wilayah Negara +62

Ramadan Sebagai Momen Pendulang Berkah

Bulan suci ramadan adalah bulan yang penuh dengan berkah dan ampunan. Dimana bulan ini menjadi momen yang paling dinantikan dan ditunggu seluruh umat islam di belahan dunia.

Nah, ekspresi kegembiraan inilah yang kemudian menjadi sebuah budaya dan kebiasaan yang melekat di hati masyarakat Indonesia. Dan khususnya untuk masyarakat daerah di beberapa titik di Indonesia.

Berikut adalah kebiasaan dan budaya unik dari beberapa wilayah Indonesia untuk menyambut bulan suci ramadhan:

  1. Tradisi Laku Lampah Trah Bonokeling – Banyumas

ramadan

 

Di Kabupaten Banyumas, tepatnya di daerah adat Bonokeling, perempuan mengenakan kain atau jarik dari kemben, dan berbaris rapih kemudian berjalan bersama-sama ke areal pemakaman leluhur. Para perempuan penganut adat Bonokeling ini, berbaris dan berjalan bersama atau disebut dengan tradisi unggah-unggahan. Atau dapat diartikan sebagai ziarah kubur ke makam leluhur yang digelar menjelang ramadan.

Namun tidak hanya perempuan saja, beberapa lelaki juga turut serta seperti mengawal para perempuan menuju makam leluhur. Dan mereka berjalan di bawah terik matahari yang menyengat tanpa alas kaki.

Pemakaman yang dituju adalah Makam Leluhur Desa Pekuncen, Kecamatan Jatilawang, Banyumas. Guna untuk berziarah atau sowan sebagai bentuk upacara ritual menyambut ramadan.

Laku Lampah mewajibkan setiap keturunan trah bonokeling dari berbagai wilayah untuk bersama menuju Desa Pekuncen dengan berjalan kaki tanpa alas kaki.

Keturunan alias anak putu trah bonokeling banyak tersebar di Adipala, Daun Lumbung – Cilacap, hingga masuk wilayah Kedungwringin – Banyumas. Dan makam utama yang dituju adalah makan Ki Bonokeling. Dan tradisi dilanjutkan dengan bersih-bersih di area makam.

Saat ini, di Pekuncen sendirim trah Bonokeling berjumlah kurang lebih 2000 kepala. Dan beberapa bedogol (pemuka adat), tersebar di wilayah Adiraja – Cilacap. Yang masing-masing membawahi trah bonokeling sendiri.

Dan biasanya, menjelang ramadan, seluruh trah Bonokeling yang mengikuti Laku Lampah berjumlah kurang lebih 300 orang.

  1. Tradisi Dandangan – Kudus

ramadan

Tradisi ini dilakukan oleh warga Kudus setiap menjelang ramadan. Dimana ribuan warga berkumpul di alun-alun sejak sore hari untuk menyaksikan kegiatan tersebut. Tradisi yang berlangsung hingga malam hari tersebut, diramaikan dengan persembahan tarian budaya kolosal dan beberapa hiburan lainnya.

Dengan menampilkan puluhan penari budaya, tarian ini menceritakan mulai dari sejarah industri pengolahan tembakau di Kudus, hingga sejarah agung Sunan Kudus.

Dandangan telah ada turun temurun sejak 450 tahun yang lalu, dan rutin dilakukan menjelang ramadan tiba. Sungguh sebuah budaya epik dan kokoh yang harus tetap dipertahankan sebagai warisan penting dari sebuah sejarah.

  1. Tradisi Mabbaca Baca – Polewali Mandar

ramadan

Tidak kalah epik dan unik, tradisi sambut ramadan yang berasal dari masyarakat Dusun Macera, Desa Mammi, Kecamatan Binuang, Polewali Mandar – Sulawesi Barat.  Tradisi ini bernama Mabbaca-baca.

Pada tradisi ini, warga menyajikan nasi ketan, telur, aneka buah segar dan kari ayam, juga membakar pallang atau lilin tradisional yang terbuat dari biji kemiri dan kapas.

Pallang disulut di empat penjuru mata angin, dan dipasang di setiap halaman rumah, serta disusun di atas tangga. Bahkan, pallang dibakar juga di tempat penyimpanan beras serta pusat kegiatan keluarga dalam satu rumah.

Lilin yang dibakar angkanya wajib berjumlah ganjil, misalnya 7, 9, 11, dan seterusnya. Selama dibakar, lilin tidak boleh padam. Warga harus tetap menjaganya hingga betul-betul padam karena habis terbakar.

Tradisi ini merupakan ungkapan doa agar pemilik rumah diberi petunjuk dan kekuatan dalam menjalankan ibadah puasa yang penuh dengan ujian kesabaran dan kejujuran.

Tentunya masih sangat banyak tradisi jelang ramadan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Ramadan di Indonesia memang sangat spesial dan penuh dengan keberagaman.

Menjadi ikon khas tersendiri dan bukan tidak mungkin menjadi sentra pariwisata untuk mendongkrak pendapatan lokal.